Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Filsafat

A.    Pengertian Filsafat

Menurut bahasa, filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah, filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia, yaitu Philo yang berarti cinta dan shopia yang berarti kebenaran, kebijaksanaan, jadi dapat diartikan secara harafiah ‘pencinta kebijaksanaan’. Sebagai ilmu pengetahuan dinamis, filsafat di tangan para ahli memiliki pengertian yang berbeda-beda. Dalam buku Filsafat Ilmu yang disusun oleh Ismaun pada tahun 2001, terdapat beberapa pengertian filsafat menurut para ahli, diantaranya:

Menurut Michael V.Berry
Pengertian filsafat menurut Michael V.Berry adalah “The study of the inner logic if scientific theories, and the reltions betwen experiment and theory, i.e. of scientific methods. Artinya, penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yaitu tentang metode ilmiah.

Menurut May Brodbeck
Pengertian filsafat menurut May Brodbeck adalah “Philosophy of science is ethically and philosophically neutral analysis, description and clarifications of science”. Artinya, analisis netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.

Menurut Prof.Dr.Ismaun, M.Pd.
Pengertian filsafat menurut Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. adalah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati).

Menurut Aristoteles ( (384 – 322 SM)
Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal secara logis, sistematis dan universal untuk memahami sebuah masalah. Sedangkan kebudayaan adalah kebiasaan tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia digerakan oleh akal dan perasaannya.

Menurut Gazalba, “Berfilsafat ialah mencari kebenaran dalam kebenaran untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang dimasalahkan dengan berfikir secara radikal, sistematik dan universal. Berfilsafat adalah berfikir. Tetapi berfikir bukan berfilsafat. Berfikir yang dikatakan berfilsafat adalah apabila berfikir itu mengandung tiga ciri ; radikal, sistematis dan universal.

Tiga ciri berfikir filsafat:
1.      Berfikir radikal
Radikal berasal dari radix (bahasa Yunani), berarti akar. Berpikir radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir, berpikir itu tidak separuh-paruh, tidak berhenti di jalan, tapi terus sampai ke ujungnya. Tidak ada yang tabu, tidak ada yang suci, tidak ada yang yang terlarang bagi berpikir yang radikal itu.
2.      Berfikir sistematis
Sistemik adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Berpikir sistematis ialah berpikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling-hubungan yang teratur.
3.      Berfikir universal
Universal berarti umum, jadi berpikir universal tidak berpikir khusus, terbatas pada bagian-bagian tertentu, tapi mencakup keseluruhannya. Berpikir tentang hujan misalnya, bukan terbatas dengan kemarin atau yang hari ini, tapi seluruh hujan. Berpikir tentang manusia tidak hanya mengenai manusia Indonesia, manusia Afrika, manusia Eropa, tapi manusia sebagai makhluk. Lawan umum (universal) ialah khusus perkara yang khusus masuk lapangan ilmu.

B.     Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Filsafat

IBD dan filsafat adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun historis.Kelahiran IBD tidak terlepas dari filsafat(substansial).Sebaliknya perkembangan IBD memperkuat keberadaan filsafat. Oleh karena itu, filsafat mencoba mengembalikan roh & nilai luhur dari IBD dan kemudian filsafat akan mempertegas bahwa IBD adalah instrumen dalam mencapai kesejahteraan tidak semata2 untuk tujuan tertentu saja.

Apabila dibandingakan definisi kebudayaan dan definisi filsafat, keduanya bertemu dalam hal berfikir. Kebudayaan adalah cara berfikir, sedangkan filsafat adalah cara berfikir secara logis, sistematis dan universal. Dengan demikian jelaslah bahwa filsafat itu mengendalikan cara berfikir kebudayaan, oleh karena itu perbedaan kebudayaan dapat dikembalikan kepada perbedaan filsafat. Pendekatan filosofis yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman.

Filsafat dan masalah manusia, masalah manusia dalam keseharian dibedakan menjadi dua, yaitu:


·         Immerdiate problems yaitu masalah-masalah praktis sehari-hari, yang berkenaan dengan keperluan-keperluan pribadi yang mendesak, yang tidak seorang pun dapat mengelakan diri darinya.
·         Ultimate problems yaitu berkenaan dengan hakikat manusia itu sendiri, alam semesta, dan Tuhan.
Dengan belajar filsafat, diharapkan seseorang untuk:
1.      Berusaha untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui.
2.      Berendah hati bahwa tidak semua hal akan pernah diketahuinya dalam alam yang tak terbatas ini.
3.      Mengoreksi diri, berani melihat sejauh mana kebenaran yang di cari telah dijangkaunya.
4.      Tidak apatis terhadap lingkungan dan terhadap nilai yang hidup dalam masyarakat.
5.      Senantiasa memberikan makna bagi setiap amal perbuatannya.


C.    Hubungan Kebudayaan dan Filsafat
Kebudayaan menurut Mukti Ali adalah budi daya, tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia di gerakan oleh akal dan perasaannya. Yang mendasari semua itu adalah ucapan hatinya. Dan ucapan batin itu merupakan keyakinan dan penghayatannya terhadap sesuatu yang dianggap benar. Apa yang dianggap benar itu besar atau kecil adalah agama. Dan agama, sepanjang tidak diwahyukan adalah ia hasil pemikiran filsafat.
Apabila diperbandingkan definisi kebudayaan dan definisi filsafat, keduanya bertemu pada hal “berpikir”. Kebudayaan adalah cara berpikir. Sedangkan filsafat ialah cara berpikir secara radikal, sistematik dan universal. Berpikir demikian berujung pada setiap jiwa atau ucapan batin. Manifestasinya adalah sikap hidup dan pandangan hidup. Dengan demikian jelaslah, betapa filsafat itu mengendalikan cara berpikir kebudayaan. Di belakang setiap kebudayaan selalu kita temukan filsafat. Perbedaan kebudayaan dapat di kembalikan kepada beberapa filsafat.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Sedangkan kebudayaan adalah sebuah tradisi atau kebudayaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Beberapa pendapat juga mengatakan bahwa apabila filsafat dibandingkan dengan budaya, maka akan memiliki satu kesamaan hanya saja ilmu filsafat itu mengkaji sebuah ilmu melalui dasarnya sedangkan budaya sebuah ilmu yang mempelajari suatu dasar berfikir manusia dari kegiatan (aktifitas) sehari-hari. Dengan demikian jelaslah bahwa filsafat itu mengendalikan cara berfikir kebudayaan, oleh karena itu perbedaan kebudayaan dapat dikembalikan kepada perbedaan filsafat. Pendekatan filosofis yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman.



D. Hubungan Kebudayaan dan Filsafat
Kaitan pengetahuan dasar nilai-nilai manusia dengan filsafat ilmu pengetahuan dapat dikaji dengan predikat keilmiahannya. Ilmu Budaya Dasar yang hanya merupakan pengertian dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep dan teori-teori budaya yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah budaya, belumlah cukup untuk dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu. Untuk membuktikan hal tersebut dapat dipelajari dari aspek filsafat ilmu yang akan menentukan berbagai persyaratan apakah suatu pengetahuan itu (dalam hal ini IBD). Sebagai disiplin ilmu atau bukan. Filsafat ilmu yang dimaksud adalah gejala pengetahuan yang dilihat sebagai obyek material filsafat adalah gejala ilmu-ilmu pengetahuan sebagai salah satu bidang pengetahuan khas menurut sebab musabab terakhir. Sedangkan ilmu sistematis dan langkah-langkah pencapaiannya dipertanggungjawabkan secara teoretis (Verhaak, 1998:3)
Ilmu pengetahuan mempunyai tiga syarat keilmuan, yaitu:
a.       Deduktif (ilmu-ilmu formal), adalah ilmu yang berurusan dengan simbol-simbol yang abstrak-abstrak.
b.      Induktif (ilmu-ilmu empiris), ilmu empiris sering disebut induksi atau disebut cara kerja “aposteriori”, artinya ilmu itu diperoleh setelah melalui pengalaman-pengalaman.
c.       Penggunaan bahasa yang tepat.


E. Penerapan filsafat dalam Kehidupan Sehari-hari
Peran filsafat ilmu pengetahuan adalah memeriksa sebab akibat dengan bertitik tolak pada gejala ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari menggali tentang kebenaran, kepastian, objektivitas dan abstraksi. Intuisi serta darimana asal dan kemana arah pengetahuan. Pemetaan wilayah filsafat ilmu dalam lingkungan manusia, meliputi tiga jawaban dari pertanyaan :

a.       Apa yang dapat saya ketahui (epistemologi)
b.      Apa yang dapat saya lakukan (axiologi)
c.       Apa yang dapat saya harapkan (antologi)


·         Epistemologi artinya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar untuk menjawab permasalahan mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengontrol gejala empiris (Suriasumantri, 1987:106).
Sifat pengetahuan ilmiah harus memiliki dasar fundamental antologis, yaitu menjelaskan tentang bagaimana hakikat obyek dari IBD tersebut. Apakah hakikat obyek ilmu pengetahuan tersebut bersifat material, metafisik atau bersifat abstrak seperti nilai, norma, ideologi. Demikian pula hakikat obyek IBD tersebut apakah bersifat empiris atau nonempiris, parsial atau ganda, dan kualitatif atau kuantitatif.
Ilmu budaya dasar sisi epistemologinya adalah untuk mengungkapkan kebenaran makna sebagaimanan terkandung dalam karya budaya manusia memiliki sifat yang khas dengan caranya masing-masing baik sebagai karya filsafat, seni maupun karya budaya lainnya.
Dari segi aksiologisnya IBD memiliki sifat aplikatif dan prgmatis, artinya untuk kepentingan pengkajian dan penyelesaian masalah-masalah budaya dan kemanusiaannya.
Ada beberapa hal yang terjadi dalam kehidupan yang menyangkut dengan ilmu Filsafat yaitu hubungan antara orangtua dan anak dalam berprilaku dan dalam merespon tindakan yang dirasakan dalam perasaan.
·         8 hal yang biasanya dipikirkan oleh anak :
1. orang tuanya pilih kasih terhadap saudaranya
2. merasa terkekang oleh orang tuanya
3. merasa lebih pintar dan membantah nasihat org tua
4. merasa bahwa dirinya tidak di sayang
5. memperhitungkan segala sesuatu yang telah ia lakukan untuk orang tuanya
6. Anak terkadang membingungkan harta warisan
7. menganggap remeh pekerjaan yang telah diberikan
8. terkadang membentak orang tuanya saat berbicara

·         8 hal yang biasanya diketahui oleh anak :
1.      Anak sering tidak mengerti jika dibalik sepengetahuannya orang tuanya selalu memuji anak di depan saudaranya
2.      yang di lakukan orang tuanya  untuk kebaikan masa depan anak
3.      Anak  tidak mengerti bahwa orang tuanya telah menjalani kehidupan yang lebih keras dibanding anak.
4.      Anak sering tidak mengerti bahwa di setiap doa dan harapan orang tua nama anak selalu di ingat dan disebut
5.      Orang tua jarang sekali memberitahukan mengenai pengorbanannya selama melahirkan anda
6.      Orang tua telah mempersiapkan warisan terbaik (tidak selalu harta) untuk anaknya,
7.      Orang tua tidak rela melihat anaknya hidup bersusah - susah di tempat orang lain.
8.      Anak tidak mengerti setiap kali ia membentak, hati orang tua akan bergetar dan menyebabkan umurnya lebih pendek

Sebagian contoh diatas merupakan penerapan ilmu filsafat dalam kehidupan yg dimana dapat dirasakan oleh hati yang didasari oleh perbuatan.





F. Aliran dalam Filsafat
Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada 3 aliran filsafat yaitu:
·         Aliran Naturalisme:
            Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari nature, dan itu dari Tuhan. Tetapi yang tidak percaya pada Tuhan, nature itulah yang tertinggi. Aliran naturalisme berisikan spekulasi mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada.
·         Aliran Intelektualisme
            Dasar aliran ini adalah logika/akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir, mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun bertentangan dengan kekuatan hati nurani. Manusia yakin bahwa dengan kekuatan piker (akal) kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan teknologi, teknologi adalah alat Bantu mencapai kebajikan yang maksimal, walaupun mungkin teknologi memberi akibat yang bertentangan dengan akal. Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan manusia itu bermula dari akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi oleh keyakinan kebenaran yang diterima akal.Benar menurut akal itulah yang baik. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat diperoleh dengan akal (ilmu dan teknologi). Pandangan hidup ini disebut liberalisme. Kebebasan akal menimbulkan kebebasan bertingkah laku dan berbuat, walaupun tingkah lakudan perbuatannya itu bertentangan dengan hati nurani. Kebebasan akal lebih ditekankan pada setiap individu. Karena itu individu yang berakal (berilmu dan berteknologi) dapat menguasai individu yang berpikir rendah (bodoh).



·         Aliran Gabungan:
Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika berpikir maupun sebagai rasa (hati nurani). Jadi apa yang benar menurut logika berpikir juga dapat diterima oleh hati nurani. Apabial aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka akan timbil dua kemungkinan pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat didasarkan pada logika berpikir, sedangkan hati nurani dinomorduakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir tidak ditekankan pada logika berpikir individu, melainkan logika berpikir kolektif (masyarakat), pandangan hidup ini disebut sosialisme. Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal, kedua-duanya mendasari keyakinan secara berimbang, akan dalam arti baik sebagia logika berpikir maupun sebagai daya rasa (hati nurani), logika berpikir baik secara individual maupun secara kolektif panangan hidup ini disebut sosialisme-religius. Kebajikan yang dikehendaki adalah kebajikan menurut logika berpikir dan dapat diterima oleh hati nurani, semuanya itu berkat karunia Tuhan













DAFTAR PUSTAKA


Mustopo, M. Habib. (1930). Ilmu Budaya Dasar (Kumpulan Essay-Manusia Budaya). Surabaya: Usaha Nasional.

Rufaidah, M.Si, Dr. Erlina. Konsepsi IBD dalam Filsafat.ppt. Sistematika Filsafat (Sidi Gazalba). 

Evie Padri. 20122. Ilmu Budaya Dasar. http://eviepaddri89.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 22 Desember 2012 pukul 08.00.

Muhlis. 2010. Ilmu Budaya Mandiri. http://muhlis.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 22 Desember 2012 pukul 08.00.

Suprihati. 2012. Ilmu Budaya Dasar. http://suprihatiku.files.wordpress.com. Diakses pada tanggal 22 Desember 2012 pukul 08.00.

Donna. 2011. IBD. http://donna.staff.gunadarma.ac.id. Diakses pada tanggal 22 Desember pukul 08.00.

http://www.anneahira.com/pengertian-filsafat.htm. Diakses tanggal 22 Desember 2012 pukul 08.00.   

http://van88.wordpress.com/dasar-tujuan-dan-peranan-filsafat/ Diakses tanggal 22 Desember 2012 pukul 08.00.

http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.html#top Diakses tanggal 22 Desember 2012 pukul 08.00.

http://pgmi-iain.blogspot.com/2011/10/konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam-agama.html Diakses tanggal 22 Desember 2012 pukul 08.00.